Ihwal Tadbir Manusia
Allah Ta’ala memberikan anugerahnya kepada manusia berupa akal dan indera untuk mengetahui keagungan Allah melalui ciptaannya, untuk mengetahui mana yang baik dan buruk atau benar dan salah. Sehingga menjadikan manusia makhluk yang senantiasa bersyukur atas karunia yang diberikan dan berhati-hati dalam bertindak termasuk dalam berTadbir.
Tadbir adalah rencana dari seorang manusia sesuai dengan keinginan dan kesanggupannya dimasa yang akan mendatang guna keperluan yang dibutuhkan dalam kehidupan duniawi Allah Ta’ala memberikan kesempatan kepada manusia untuk merencanakan segala keperluan hidup di dunia, dan memberikan kesempatan supaya mampu mempertahankan nikmat yang diberikan. Akan tetapi perlu diingat, bahwasanya segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah diatur oleh Allah Ta’ala dan ketika kehendaknya sudah ditetapkan maka tidak ada kuasa dari makhluknya dalam mengatur takdir tersebut.
Ibnu Athaillah As Sakandari memberikan nasihat perihal Tadbir dalam kitab Al Hikam, “Tenangkanlah dirimu dari memikirkan urusan duniawi, karena apa yang telah direncanakan Allah Ta’ala bagimu, tidak perlu kamu sibuk memikirkannya”. Sebagaimana hal tersebut berdasarkan pendapat dari gurunya Syeikh Abu Hasan Asy Syadzili dalam kitab At Tanwir fi isqati Tadbir menerangkan bahwasanya, sesuatu yang telah dijamin oleh Allah Ta’ala atas rezeki hamba-hambanya tidak ada seorangpun yang mampu mencegahnya.
Orang arif ketika menghadapi Tadbir yaitu dengan cara istiqomah dan beriman kepada ketentuan Allah Ta’ala yang datang kepadanya, baik keadaan suka maupun duka. Mereka menerima semua yang datang dari Allah sebagai anugerah yang tidak harus disesalkan. Bahkan dibarengi dengan Tawakal dan syukur atas apa yang didapatkan olehnya. Allah Ta’ala berfirman dalam hadist Qudsi, “Seandainya kalian semua bertawakal kepada Allah, dengan berserah diri sepenuhnya, maka tentu kalian akan memperoleh rezeki, seperti juga burung-burung mendapat rezekinya dipagi hari ketika mereka sedang lapar dan kembali ke sarangnya dengan perut kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Ukuran orang arifin dalam menghadapi ketentuan Allah Ta’ala adalah dengan merasakan semua pemberian Allah itu sebagai suatu ujian atas kemampuan imannya. Mereka terima semua yang datang dari Allah tidak berdasarkan ukurang untung atau rugi, melainkan dengan ukuran iman yang menghiasi hati. Karena iman termasuk senjata pamungkas yang harus dijaga agar tidak rusak, sehingga kelak bisa berguna menjadi perisai dalam menghadapi semua kemungkinan yang akan terjadi.
Sudah seharusnya orang beriman memahami dengan benar, bahwa rencana Allah Ta’ala atas kehidupan manusia bukanlah suatu rencana yang main-main. Karena segala yang dikehendaki oleh Allah dalam bentuk apa saja adalah rahasia yang akan ditunjukan kepada manusia setelah berlakunya suatu rencana tersebut dan patut diyakini itu adalah yang terbaik.
Angan-angan manusia yang ada dalam benaknya tidak dilarang oleh Allah. Begitu pula dengan ikhtiar untuk berhasilnya suatu kehendak yang sudah direncanakan pun boleh saja dilaksanakan. Akan tetapi harus diyakini dengan keimanan sepenuh hati, bahwsanya semua yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala, tidak ada seorang pun yang mampu menghalanginya. Apabila Allah Ta’ala telah memberi karunia kepada manusia, maka karunia tersebut akan datang meskipun ada yang menghalanginya. Demikian juga sebaliknya, apabila Allah Ta’ala akan memberikan musibah kepada manusia akibat dari perbuatan yang dilakukannya, maka tidak ada satupun kekuasaan yang mampu menolak kehendaknya.
Komentar
Posting Komentar